[Ilustrasi] Serangan Teroris |
Terorisme tidak melekat pada satu agama. Aksi teror oleh para teroris lebih sebagai suatu metode untuk meraih tujuan yang dicita-citakan oleh kelompok radikal dengan menggunakan aksi brutal dan kejam hingga menimbulkan ketakutan massal. Untuk mencapai tujuannya teroris biasanya memiliki organisasi sebagai wadah indoktrinasi paham radikal mereka. Walau demikian ada juga aksi teroris tunggal. Berikut sejarah terorisme yang pernah muncul di Amerika.
Gelombang besar imigran pada abad ke-19 ke kawasan Amerika, telah meningkatkan terorisme politik di negeri Paman Sam tersebut. Para imigran Amerika ternyata membawa juga paham yang mereka anut dari negeri asalnya. Mereka pun bercita-cita mereformasi struktur pemerintahan Amerika. Mulailah kaum radikalis ini menanam bom di depan rumah para pemimpin politik. Tidak cukup itu saja, para tokoh usahawan kaya raya dan tokoh sosial terkemuka juga menjadi target pertama mereka.
Seorang tokoh anarkis dan radikalis Alexander Berkman berpikir bahwa cara paling mudah untuk mengubah ketidakadilan sosial adalah dengan membunuh konglomerat ternama Amerika. Maka, mulailah usahanya untuk membunuh Raja Baja Henry Clay Frick asal Pittsburgh, Pennsylvania. Aksi nekad Berkman berlanjut ketika ia memasuki kantor mewah Hendry Clay Frick dan berusaha membunuh taipan itu dengan tembakan senjata.
Rupanya, Berkman menghadapi lawan sepadan. Meskipun terluka dalam serangan itu, Frick sempat melompat dan menerjang penyerangnya itu. Bahkan si radikalis Berkman dapat ditundukkan. Aksi Berkman ini pula yang belakangan berujung pada aksi brutal penghancuran kelompok Berkman di kalangan para buruh dan serikat pekerja, namun aksi perlawanan Frick tetap mendapat pujian warga Amerika.
Aksi pertama teroris dalam skala besar dalam sejarah Amerika terjadi 4 Mei 1886, di Haymarket Square di Chichago, Illinois. Saat itu berlangsung demonstrasi massa besar dari kelompok serikat pekerja yang memprotes aksi penembakan brutal seorang polisi.
Massa menyemut di Haymarket Square, ketika pasukan polisi berkumpul di seberang jalan dan mengawasi dari demonstran dari kejauhan. Saat itulah, Samuel Fieldman, seorang pengemudi truk kelahiran Inggris, naik di atas gerbong caravan dan membakar amarah massa. Samuel Fieldman pun berteriak, "Kau tak lebih berkaitan dengan hukum ...bunuh , tusuk ayo lakukan semuanya.”
Polisi segera merangsek maju, tetapi suasana panas dan massa yang telah berbakar amarahnya seperti haus darah. Fieldman melompat turun dari gerobak dan berteriak, "Kami damai!" saat itulah pasukan polisi dari barisan perwira mendekat massa. Namun, polisi tak pernah menduga banyak dari para anarkis yang telah berbaur dengan para pekerja yang sah dan punya ide lain. Salah satu dari mereka melemparkan bom dinamit kearah polisi, sontak “Bom….!” Ledakan dinamit langsung membunuh tujuh perwira polisi dan melukai enam puluh tujuh lebih polisi lainnya.
Ada empat anarkis yang teridentifikasi antara lain Augus Spies, Adolph Fisher, George Engelson dan Albert Richard Parsons. Namun polisi tak berhasil menangkap mereka yang melemparkan bom. Para anarkis ini rupanya telah terhasut oleh tiga tokoh pertama yang merupakan imigran asal Jerman. Sedangkan Parsons sendiri berasal dari keluarga terkemuka Amerika karena nenek moyangnya adalah pejuang dalam revolusi Amerika.
Parsons, seperti banyak orang Amerika asli lainnya terobsesi dengan kekerasan sebagai cara untuk mengubah sistem pemerintahan. Ia telah menerbitkan surat kabar dan menulis alarm bahaya di mana ia mendesak, "Kerja orang Amerika, belajar membuat dan menggunakan dinamit. Ini akan menjadi senjata yang paling ampuh..," katanya. Parsons juga mungkin telah berbicara dengan para teroris politik radikal hampir satu abad kemudian.
Gelombang besar kedua terorisme di Amerika Serikat dimulai selama Perang Dunia I. Sebuah aksi pengeboman paling menggemparkan, terjadi menjelang tengah hari. Ketika dua bom dari kelompok anarkis diletakkan di depan pintu kantor Jaksa Agung A. Mitchell Palmer. Beruntung ledakan itu prematur, walaupun sempat menghancurkan sebagian kantor Palmers yang saat itu tidak sedang berada di kantor.
Ledakan dini ini ternyata membawa korban dari teroris sendiri. Bagian tubuh teroris yang meledak terlempar hingga ke seberang jalan tempat Asisten Sekretaris Angkatan Laut Amerika, Franklin Delano Roosevelt berkantor.
Kelompok yang hendak membunuh Palmers diprakarsai kelompok yang dikenal sebagai "Razia Merah" pada Januari 1920. Aksi kelompok ini memicu penangkapan besar-besar dari aparat keamanan Amerika. Ratusan kelompok Komunis dan Anarkis ditangkapi dan dideportasi. Serangkaian penggerebekan yang penuh kekerasan itu telah melukai banyak orang yang tidak bersalah, karena aparat banyak salah tangkap.
Aksi penangkapan ini kemudian dibalas oleh kelompok teroris. Sebuah truk tua penuh dinamit diparkir di persimpangan Broad Way dan Wall Street di pusat kota New York. Tepat menjelang siang hari, di tengah jam sibuk, ledakan yang ditujukan tepat pada pukul 12.00 siang hari hanya meleset satu menit atau tepat 11.59 siang waktu New York, pada September 1920. Ledakan dasyat mengguncang. Ledakan di tengah keramaian pusat bisnis ini menghancurkan perkantoran termasik kantor JP Morgan. Mimpi buruk bertambah ketika 38 orang yang bekerja di Wall Street tewas dan ratusan lainnya terluka.
Selama bertahun-tahun sejak itu, teroris maniak yang non politik juga muncul. Pada awal 1930, sebuah kelompok teroris yang menyebut dirinya “3-X” mengamuk di New York dengan serangkaian aksi pemboman. Pada saat yang sama, di daratan Eropa Timur Sylvester Matuschka meledakan beberapa kereta api di Austria dan Hungaria yang menewaskan puluhan penumpang yang tidak bersalah. Ketika ditangkap, Matuschka katanya meledakkan kereta untuk menarik perhatian ke perangkat keselamatan kereta api. Ia menyebut baru menemukan perangkat keselamatan kereta api, namun otoritas kereta api setempat menolak membelinya.
Sepuluh tahun kemudian New York kembali diganggu oleh seorang teroris tunggal di tahun 1940-an dan 1950-an. Ketika George Peter Matesky yang oleh polisi dijuluki sebagai "The Mad Bomber" (Pengebom Gila) ditangkap. Mateskty disebut-sebut telah menanam bahan peledak di beberapa tempat. Bom Matesky ditempatkan di Radio City Music Hall dan Grand Central dan Stasiun Penn. Matesky menunjukkan kebencian terhadap perusahaan listrik, meskipun tidak pernah jelas mengapa ia memilih lokasi-lokasi tersebut sebagai sasaran peledakan.
Setelah lama, Amerika aman dari aksi terorisme, bom dalam skala besar telah merontokkan gedung perkantoran Pemerintah Federal Alfred P. Murrah, di pusat kota Oklahoma. Serangan mematikan yang dilakukan warga Amerika Serikat sendiri ini menewaskan 168 jiwa. Bom tersebut, yang diletakkan dalam sebuah truk sewaan, diledakkan di jalan di depan gedung tersebut pada pada 19 April 1995, pada pagi hari pukul 9:02 waktu setempat.
Bom karya veteran Perang Teluk Timothy McVeigh, ini berasal dari 2.300 kg bahan peledak ammonium nitrat yang biasa dipakai pupuk pertanian dan nitrometan sejenis bahan bakar khusus bagi mobil balap. Si pembuat bom tersebut ditangkap polisi satu jam setelah ledakan, setelah operasi polisi menangkapnya secara tak karena mobilnya tak memiliki nomor polisi
Otoritas Keamanan Amerika menyebut motif McVeigh sebagai balas dendam. Ia hendak membalas aksi penangkapan agen Federal atas kelompok Ranting Daud di Waco, Texas yang menurut McVeigh telah dibunuh oleh agen-agen pemerintah federal. Atas aksi kejamnya ini McVeigh akhirnya harus menerima hukuman mati. Suntikan mati di Indiana pada 11 Juni 2001 menamatkan hidupnya.