DH-115 milik Angkatan Udara Irak |
De Havilland DH.115 "Vampir" adalah pesawat tempur bermesin jet yg bertugas di Royal Air Force (Angkatan Udara Kerajaan Inggris) selama Perang Dunia Kedua. Pesata tempur ini adalah pesawat tempur bermesin jet kedua yg bertugas di RAF setelah sebelumnya didahului oleh Meteor Gloster.
Meskipun dikatakan terlambat karena hanya sebentar pesawat ini terlibat dalam Perang Dunia 2, tetapi pesawat ini masih terus ditempatkan digaris depan oleh RAF sampai tahun 1953 dan akhirnya dijadikan pesawat latih sampai tahun 1966, meskipun secara umum RAF sudah mulai tidak menggunakannya sejak 1950-an.
DH-115 "Vampir" hampir digunakan oleh hampir semua Angkatan Udara dari berbagai penjuru dunia termasuk negara kita, Indonesia karena pesawat jenis ini memang dibuat untuk diperjualbelikan kepada negara-negara lain. Hampir 3.300 unit Vampir dibangun, seperempat dari mereka di bawah lisensi negara lain.
DH-115 "Vampir di Indonesia"
Indonesia pernah mengoperasikan pesawat jenis ini dibawah naungan Skadron Udara 11 yang diresmikan 1 Juni 1957 mempunyai makna khusus bagi Angkatan Udara Republik Indonesia. Pada masa itu kekuatan AURI berdasar Skep Kasau Nomor 28A/11/KS/1951 tertanggal 23 April baru terdiri dari lima skadron dengan sistem penomoran angka Romawi. Kedatangan delapan unit jet DH (De Haviland) 115 Vampire dari Inggris merupakan awal dari kelahiran skadron ini. Pesawat ini terlebih dulu ditempatkan di kesatuan khusus, yakni Kesatuan Pancar Gas (KPG).
DH-115 Milik Indonesia |
Akan tetapi kesatuan yang diresmikan 20 Februari 1956 ini tidak berumur panjang. Setahun berikutnya, pada 20 Maret 1957, KSAU memantapkannya menjadi Skadron XI menyusul kedatangan pesawat tempur MiG. KPG DH 115 pun dilebur ke dalam skadron ini. Angka sebelas tak lain umur AURI ketika skadron jet tempur pertama kali dibentuk. Untuk itulah makna angka ini menjadi penting, terlebih karena sejak kelahiran Skadron 11, AURI mulai menata sistem penomoran skadron udaranya. Sebagai komandan skadron pertama Lettu Udara Leo Watimena.
Selain mengoperasikan DH 115 Vampire, skadron 11 ini juga merawat 30 MiG 15 UTI dan sejumlah MiG 17 Fresco. Pada awal berdirinya, MiG 19 Farmer dan pembom IL-28 juga pernah dititipkan / digabung untuk sementara, karena skadronnya belum terbentuk. MiG 19 selanjutnya ditempatkan ke Skadron 12, sementara IL 28 di Skadron 21.
Selain perwira AURI seperti Leo Wattimena, sejumlah kadet penerbang ALRI yang tengah mengikuti pendidikan terbang di Inggris juga sempat mengecap pengalaman terbang di Vampire seperti Lmd REBO Tjokrodiredjo dan AHK Hamami. Ketika Skadron 11 mulai operasional, kedua penerbang ini sempat diperbantukan ke AURI untuk mengawaki skadron sekaligus untuk memelihara kemampuan kedua penerbang (ben).
Pesawat DH-115 merupakan pesawat sumbangan pemerintah Inggris kepada pemerintah RI, dan diserahterimakan pada tahun 1955. Sebagai home basenya adalah Pangkalan Udara Andir – Bandung (sekarang Lanud Husein S.).
Beberapa personel Angkatan Udara dikirimkan ke Inggris untuk belajar dan mengawaki pesawat Vampire. Di bawah pimpinan Kapten Udara Rusmin, para penerbang kita belajar bagaimana untk menerbangkan Vampire. Sedangkan mereka yang dikirim ke Inggris untuk belajar mengoperasikan pesawat Vampire adalah sebagai berikut Letnan Udara Sumitro, Letnan Udara Ignatius Dewanto, Letnan Udara Loely Wardiman, Letnan Udara Rusman, dan Letnan Udara Musidjan. Sedangkan rombongan personel teknisi dipimpin oleh Letnan Udara Satu Kamarudin.
Beberapa kejadian penting pernah dialami para penerbang saat menerbangkan pesawat Vampire ini. Misalnya pesawat dengan nomor registrasi J-702 pernah keluar landasan sewaktu latihan rutin. Pesawat J-707 mendarat darurat di sawah tanpa roda. Selain kecelakaan, ternyata masih banyak kejadian lain yang menjadi kenangan para penerbang dan ground crew pesawat Vampire. Diantaranya adalah pengalaman sewaktu pesawat Vampire terbang formasi dengan 7 pesawat pada suatu upacara kebesaran di tahun 1956. Hal tersebut merupakan pengalaman dan kenangan tersendiri bagi para personel, baik pada saat masih berbentuk KPG ataupun Skadron Udara 11.
Pesawat jet adalah hal baru bagi bangsa kita saat itu, sehingga dalam menangani pesawat Vampire diperlukan adaptasi yang baik. Bila sebelumnya Angkatan Udara hanya mengelola pesawat piston, sekarang sudah mulai mengelola pesawat jet tempur. Leo Wattimena menjabat komandan skadron sampai tahun 1961. Sampai tahun tersebut, Skadron Udara 11 masih berada di Pangkalan Udara Andir. Kekuatan total pesawat adalah 16 pesawat DH 115 Vampire.
Konon waktu itu Leo Wattimena menerbangkan pesawat DH 115 Vampire trainer jet terbang di bawah jembatan sungai Thames semasa belajar di Inggris dan bikin tuan rumah marah bukan kepalang.
Spesifikasi DH 115 Vampire :
- Awak : 1
- Mesin : De Haviland Goblin 2 Turbo jet 3.000 lb
- Berat : 12.390 lb
- Kecepatan : 548 mph di ketinggian 30.000 kaki
- Jarak Tempuh : 1220 mil
- Persenjataan : 2 Cannon 20mm di kedua sayap & bom 2.000 lb
Sumber : Wikipedia & Sejarah Perang
---end---