Cureng - Pesawat Pembela Tanah Air

Cureng 

Pesawat yg melegenda di bumi pertiwi zaman kemerdekaan salah satunya adalah pesawat Cureng (aslinya bernama Churen). Pesawat Cureng ini asli Jepang buatan Nippon Hikoki pada awal 1933, bertenaga 350 HP dan termasuk pesawat latih lanjut. Sejarah pesawat ini pada tahun 1945-1948 dipergunakan AURI (sekarang TNI AU) sebagai pesawat latih, pesawat pengintai, pesawat pembom ringan, pemotret udara maupun digunakan sebagai pesawat Palang Merah.

Pada 27 oktober 1945 diterbangkan pertama kali oleh penerbang perwira kita Agustinus Adisutjipto di pangkalan udara Maguwo, Yogyakarta dengan menggunakan tanda merah putih, bukti lambang/simbol negara kita. Tahun 1946 Pesawat Cureng ini dipakai Operasi memperluas jaringan udara dari pangkalan udara Maguwo, Yogyakarta ke daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatra Selatan.

Pada pagi hari, 29 Juli 1947 tiga kadet penerbang AURI masing-masing Kadet Mulyono, Kadet Suharnoko Harbani dan Kadet Sutarjo Sigit dengan menggunakan dua pesawat Cureng dan satu Guntei berhasil melakukan pengeboman terhadap kubu-kubu pertahanan Belanda di tiga tempat, masing-masing di kota Semarang, Salatiga, dan Ambarawa. Tanggal tersebut dijadikan menjadi Hari Bakti AURI beserta jatuhnya pesawat DAKOTA VT-CLA yang mengakibatkan gugurnya tiga perintis AURI masing-masing Adisutjipto, Abdurahman Saleh dan Adisumarmo. 

Pesawat Dakota yang jatuh di daerah Ngoto, selatan Yogyakarta itu bukanlah pesawat militer, melainkan pesawat sipil yang disewa oleh pemerintah Indonesia untuk membawa bantuan obat-obatan Palang Merah Malaya. Penembakan dilakukan oleh dua pesawat militer Belanda jenis Kittyhawk, yang merasa kesal atas pengeboman para kadet AURI pada pagi harinya. Tahun 1948 Pesawat Cureng ini dipergunakan untuk Operasi menumpas pemberontakan PKI di daerah Madiun, Pati dan Purwodadi.

Setelah lama dipakai AURI menjaga Udara Bumi Pertiwi ini, Akhirnya Pesawat Cureng peninggalan Kerajaan Jepang setelah meninggalkan Indonesia, di pensiunkan tahun 1977 dan di simpan di museum ABRI Satriamandala, Jakarta.